sightz

met datang di website sightz.jlo ►► moga brmanfaat ►► Q tunggu kritik dan saran kmu...

Lencana Facebook

Selasa, 22 Desember 2009

gunung gede - pangrango

Nama Kawah : Gumuruh, Wadon, Lanang, Sala, Baru, dan Ratu
Type : Strato
Letak : Kecamatan Cipanas Kab. Cianjur.
Tinggi : 2958 dan 3019 mdpl Posisi Geografi : 6 0 - 47 0 LS dan 106 0 - 59 0 BT
Type : Strato Letak : Kecamatan Cipanas Kab. Cianjur.
Tinggi : 2958 dan 3019 mdpl Posisi Geografi : 6 0 - 47 0 LS dan 106 0 - 59 0 BT


Biaya Ekspedisi
Rincian perjalanan dari Jakarta atau Bandung - Cipanas Rp. 5.000,- dari Cipanas ke Pos Pendakian Cibodas Rp 4.000,- Tiket Pendakian + Asuransi Rp 4.000 Waktu pendakian : 7 jam
Jalur Alternatif Pendakian
Jalur Salabintana (Sukabumi), Jalur Gunung Putri, Jalur Paccet, Jalur Bedogol dan bisa juga dengan menggunakan Jalur yang dimulai dari Hotel Wanasari
Pandangan Umum

Pandangan Umum Gunung yang terletak di Kecamatan Cipanas Cianjur ini membentuk gunung api kembar dengan gunung Pangrango (3019 m). Dengan ketinggian 2958 m diatas permukaan laut, tidaklah heran bila gunung ini menjadi salah satu gunung yang tertinggi di Jawa Barat. Gunung Gede ini sangat terjaga keberadaan dan kelestariannya, karena kawasan ini merupakan Taman Nasional, sehingga kekayaan realistik dari sebuah alam pegunungan dapat ditemukan di tempat ini. Dan salah satu bukti dari keseriusan pihak Perhutani dalam hal ini untuk ikut menjaga kekayaan alam Gunung Gede adalah ketatnya penjagaan kawasan hutan raya Gunung Gede, bahkan setiap pendaki tidak diperkenankan memetik bunga eidelweiss, sehingga keberadaan taman eidelweiss Gunung Gede dapat terjaga dengan baik dan apa yang telah dilakukan oleh pengelola kawasan Gunung Gede ini dapat menjadi contoh bagi gunung-gunung lain yang terdapat di Pulau Jawa pada umumnya. Di kaki gunung ini kita akan menemukan kawasan Taman Nasional Cibodas yang juga merupakan salah satu jalur pendakian ke puncak gunung gede dimulai. Dari kawasan PUNCAK (cipanas) maka kita akan menyaksikan kemegahan gunung ini dengan jelas. Terutama di pagi hari ketika matahari terbit dari punggung lain gunung ini, pemandangan dua puncak gunung yaitu gede dan pangrango akan terlihat indah dan asri. Salah satu jalur pendakian yang umum digunakan dimulai dari kawasan Taman Nasional Cibodas. Selain jalur dari Taman Nasional Cibodas, pendakian menuju kawah puncak gunung gede dapat pula menggunakan jalur lainnya seperti : - Salabintana (Sukabumi) - Gunung Putri - Bedogol Jalur Gunung Putri Pendakian Gunung Gede dengan menggunakan jalur dari gunung putri akhir-akhir ini menjadi trend di kalangan pendaki. Hal ini dikarenakan waktu tempuh yang diperlukan untuk mencapai puncak 2958 meter (G. Gede) relatif cepat bila dibandingkan dengan jalur yang dimulai dari Cibodas. Disamping itu vegetasi dan kakayaan hutan jalur ini sangat terjaga dengan baik dan hanya sedikit ditemukan titik-titik bekas eksploitasi tangan manusia. Pendakian dari gunung putri ini akan langsung menuju ke alun-alun suryakencana dan dapat membuat camp disana, sehingga efektifitas pendakian dapat diterapkan jika mendaki menggunakan jalur ini maksudnya setelah 6 jam mendaki lalu beristirahat di tempat yang lapang dan tidak jauh dari sumber air selanjutnya naik selama 30 menit dan sampai di puncak dan dokumentasi sunrise dan sebagainya. Jalur Cibodas Hinggga ke Kebun Raya Cibodas (1425 m) dapat menggunakan kendaran bermotor karena kondisi jalannya yang merupakan jalur wisata, sehingga sangat membantu para pendaki ataupun wisatawan yang ingin mendaki gunung gede atau sekedar mengunjungi Taman Nasional Cibodas. Setelah melalui cibodas via rarahan pendakian diteruskan mengikuti jalur yang mula-mula turun melandai memotong ciwulan. Kemudian mendaki hingga panyangcangkuda. Disekitar inilah terdapat curug (air terjun dendeng). Lalu pendakian diteruskan ke hingga mencapai ketinggian sekitar 2150 m maka pendaki akan menemukan air terjun lain. Setelah sekitar 20 menit pendakian dari sini akan mencapai tempat terbuka (lebaksaat). Dan lebaksaat adalah salah satu daerah yang paling baik untuk berkemah karena tempatnya yang terbuka dan tidak jauh dari sumber air. Lebaksaat merupakan lembah yang kosong dari air tetapi sebenarnya sumber air mengalir cukup deras di tempat ini. Pendakian setelah lebaksaat akan terasa agak berat karena jalurnya menanjak dan cukup terjal hingga mencapai kandang badak (cekungan antara gunung gede dan pangrango). Dari kandang badak pendaki yang ingin meneruskan pendakian menuju puncak harus mendaki sekitar 300 � 350 m hingga kawah ratu. Di sebelah utara kawah ratu atau sekitar 1/2 jam perjalanan dibawahnya terdapat kawah wadon. Jadi waktu pendakian yang dibutuhkan untuk mencapai puncak dari kandang badak adalah sekitar 2 jam. Jalur Salabintana (Sukabumi) Pendakian dengan menggunakan jalur ini lebih berat dari jalur cibodas karena perjalanannya melalui perkebunan teh �goal para� dan melewati hutan yang cukup panjang. Jalan yang dilalui selama perjalanan dari salabintaba ini berkelok-kelok selama mendaki di punggung selatan hingga pendaki mencapai ketinggian sekitar 2900 m, tetapi dari sini pendaki turun ke alun-alun , taman edelweisz. Daerah ini pun cukup baik untuk berkemah. Setelah itu dari alun-alun mendaki hingga ke puncak (2958,3 m).

Read more...

gunung slamet

Nama Kawah : K1, K2, K3 dan K4
Type : Strato
Letak : Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Brebes
Tinggi : 3432 mdpl Posisi Geografi : 7 0 - 14,30 0 LS dan 109 0 - 12,30 0 BT

Biaya Ekspedisi
Rincian perjalanan dari Purwokerto - Bobotsari (serayu) Rp 3.000,- lalu Serayu - Pos Blambangan Rp.7.000,- Tiket Pendakian + Asuransi Rp 3.000 Waktu pendakian : 10 jam
Jalur Alternatif Pendakian
Batu Raden, Kalliwadas (Guci) dan Randudongkal (Pemalang)
Pandangan Umum

Gunung Slamet adalah gunung tertinggi (3432 M) di Jawa Tengah, disamping terkenal karena ketinggiannya, gunung yang terletak di sebelah utara kota Purwokerto dan sebelah barat kota Purbalingga ini juga mempunyai beberapa sumber air panas yang salah satunya adalah tempat rekreasi Baturaden (purwokerto). Untuk mencapai puncak slamet, ada beberapa rute pendakian yang dapat ditempuh diantaranya : 1. Blambangan (punggung timur) 2. Baturaden (punggung selatan) 3. Kaliwadas (punggung barat) Dari beberapa rute pendakian yang ada, blambangan adalah rute yang paling banyak ditempuh oleh para pendaki, disamping karena jalur pendakian yang cukup aman, panorama yang ada sangat lengkap, dari pemandangan alam yang membentang ke timur sampai daerah Banjarnegara, juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet. Hanya waktu yang diperlukan untuk dapat mencapai puncak tidak secepat jalur baturaden. Perjalanan dimulai dari kota Purwokerto. Dari sini penulis menuju daerah yang dinamakan serayu (sebelah utara bobotsari), dengan menggunakan bis yang menuju ke kota Pemalang, dengan perjalanan sekitar 45 menit kami tiba di serayu dan melanjutkan perjalanan menuju meratin. Hanya ada satu angkutan yang tersedia yaitu angkutan pedesaan dengan kendaraan bak terbuka untuk dapat menuju meratin sebelum akhirnya sampai ke Blambangan. Untuk sebagai catatan di gunung ini juga hampir tidak ditemui mata air mengalir selama dalam perjalanan, jadi disarankan untuk membawa air minum yang cukup untuk pendakian. Blambangan merupakan desa terakhir dan merupakan pintu gerbang pendakian menuju puncak slamet dan di sinilah para pendaki memeriksa kembali perlengkapannya. Setelah menyelesaikan administrasinya di sini, pendakian menuju ke puncak Gunung Slamet dimulai. Meskipun gunung ini paling tinggi tapi ketinggian itu tidak terlalu terasa pada saat perjalanan, karena areal pendakian yang merupakan hutan yang masih perawan seakan lupa bahwa sedang mendaki gunung tertinggi di Jawa Tengah. Ditambah dengan bunyi binatang yang khas dan pemunculan kera yang jumlahnya tidak sedikit membuat perjalanan semakin menarik. Untuk mencapai puncak slamet dibutuhkan waktu antara 8 � 15 jam pada keadaan normal. Hutan-hutan yang asri akan hilang ketika sampai di tempat yang dinamakan Sanghyang Rangkah, dan berganti dengan semak-semak dan sesekali ditemui pohon khas pendaki atau pohon eidelweis dan buah khas pendaki (arbei). Semak - semak yang asri juga akan tiba-tiba menghilang tanpa bekas ketika sampai di Pelawangan (lawang = pintu) atau pintu menuju ke puncak slamet. Perjalanan akan semakin menarik sekaligus juga berbahaya ketika kita melalui pelawangan ini. Disamping hanya pasir dan batu dan sudut pendakian yang semakin membesar bahkan sekilas seperti mendaki tebing, di daerah ini sangat rawan kecelakaan karena di kanan kiri hanya ada jurang dan tidak ada satupun pohon untuk pegangan. Maka disarankan untuk para pemula agar ekstra hati-hati dalam mendaki daerah ini, bahkan untuk keadaan tertentu sebaiknya sambil merayap, karena pijakan kita bisa tiba-tiba longsor, karena medan yang dilalui adalah jalan berpasir dan sangat rentan untuk longsor, di daerah ini juga kadang-kadang terjadi badai gunung dan bahayanya menjadi berlipat jika badai gunung datang, oleh karena itu disarankan pula mendaki daerah ini pada saat pagi hari. Dengan dilaluinya daerah pelawangan ini maka pendaki akan menemukan dataran yang tidak begitu besar dan disana tidak ada lagi daerah yang lebih tinggi atau dengan kata lain pendaki telah sampai ke puncak slamet. Sebuah perasaan bangga sekaligus haru ketika penulis berada di puncak tertinggi di Jawa Tengah selama sekitar 15 menit. Sebuah pemandangan yang sulit dibayangkan terbentang disekeliling pandangan mata penulis. Mulai dari bibir kawah yang masih sangat aktif sampai puncak Gunung Suumbing yang letaknya sekitar 100 km arah timur Gunung Slamet terlihat dengan jelas dan betapa indahnya ciptaan Tuhan. Dan satu hikmah yang penulis dapatkan bahwa ternyata manusia sangat kecil dihadapan Yang Maha Kuasa.

Read more...

gunung sumbing

Nama Kawah : Kawah besar Gunung Sumbing
Type : Strato Letak : Kabupaten Wonosobo - Jawa Tengah
Tinggi : 3371 mdpl Posisi Geografi : -

Biaya Ekspedisi
Rincian perjalanan dari Wonosobo - Pos Pendakian garung Rp 2.000,- Tiket Pendakian + Asuransi Rp 1.000 Waktu pendakian : 9 jam
Jalur Alternatif Pendakian
Jalur Kalikajar dan Jalur Cepit Prakan
Pandangan Umum

Di daerah Wonosobo yang terkenal akan sayurannya kita dapat melihat dengan jelas betapa megahnya dua gunung yang seakan membelah kota ini menjadi dua bagian. Di sebelah selatan kota ini tepatnya Gunung Sumbing berada. Gunung yang berketinggian 3371 M ini selain menjadi bagian penting kota Wonosobo juga menjadi bagian penting dari tujuan para pendaki karena tingginya lebih dari 3000 M dan merupakan puncak kedua tertinggi di Jawa Tengah. Perjalanan pendakian gunung ini dapat ditempuh dengan tiga jalur yaitu : 1. Jalur Dusun Garung (punggung utara) 2. Jalur Cepit Parakan (punggung timur) 3. Jalur Kalikajar (punggung barat) Dari ketiga jalur pendakian, jalur melalui Dusun Garung adalah jalur yang paling banyak diminati oleh para pendaki karena jalur ini telah banyak petunjuk dan keamanan medannya lebih terjamin dan juga waktu tempuh perjalanan dengan menggunakan jalur ini merupakan yang tercepat dibanding dengan dua jalur lainnya. Dari Dusun Garung pendaki dapat memulai pendakian dengan alternatif dua jalur pendakian yaitu jalur lama dan jalur baru. Tidak ada perbedaan yang khusus mengenai kedua jalur ini hanya arah dan sudut pendakiannya saja yang sedikit berbeda. Jika menggunakan jalur lama maka akan terasa sangat berat karena di sekitar (seduplak roto ) atau kilometer kelima pendakian pendaki akan menemukan medan pendakian yang berkemiringan sekitar 70 derajat, sehingga pada saat turun hujan akan sangat berbahaya untuk didaki. Berbeda dengan jalur baru yang terletak di sebelah barat jalur lama, medan pendakian tidak seberat jalur lama hanya ketika menggunakan jalur ini pendaki akan banyak melewati daerah perbukitan kecil sehingga akan terasa lebih lama. Relief dari gunung ini mempunyai banyak lembah-lembah di kanan dan kiri itu menyebabkan pendaki harus ekstra hati-hati sewaktu melakukan pendakian karena tidak menutup kemungkinan terjadi kecelakaan dalam proses pendakian, terutama bila pendakian dilakukan pada malam hari atau bila cuaca di sekitar gunung sedang terjadi kabut tebal. Berikut ini adalah pos-pos pendakian gunung sumbing. Jalur Lama 1. Base camp (Posko pengawasan) (Km I) � 1455 M 2. Ladang pertanian (tembakau) (Km II) 3. Malim (Km III) 4. Genus (Km IV) 2240 M 5. Seduplak Roto (Km V) 6. Pestan 2437 M 7. Pasar Watu (Watu Kotak) 2763 M 8. Tanah Putih (KM VI) 9. Puncak Buntu 3371 M 10. Puncak Kawah (KM VII) Jalur Baru 1. Base Camp (Km I) 2. Ladang pertanian (Km II) 3. Kedung (Bosweisen) (Km III) 4. Gatakan (Km IV) 2240 M (Pos 2) 5. Krendegan Setelah krendegan ini maka jalur kembali menjadi satu (bergabung dengan jalur lama) di daerah pestan 2437 M. Vegetasi di Gunung Sumbing ini penulis kira sudah banyak berubah dari fungsinya karena dari wawancara yang penulis lakukan dengan pihak pengelola hampir 80 persen fisik gunung telah menjadi ladang pertanian dan hutan pinus yang dahulu menjadi mayoritas vegetasi di gunung ini telah punah karena kebakaran yang terjadi sekitar tahun 90-an. Mata air yang ada di gunung ini hanya terdapat di ketinggian 2200 M, yaitu di sekitar daerah Genus (jalur lama) atau di Kedung (jalur baru) dan bentuknya telah permanen karena mata air ini juga dipakai untuk keperluan ladang pertanian. Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing. Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing. Waktu perjalanan yang dibutuhkan pendaki untuk dapat mencapai puncak adalah antara 8 sampai 15 jam perjalanan tergantung cuaca dan fisik pendaki. Itupun dengan menggunakan jalur Garung yang termasuk paling cepat diantara jalur lainnya. Apabila pendaki akan mencoba jalur cepit parakan atau jalur kalikajar maka perjalanan menuju puncak bisa memakan waktu satu asmapi dua hari perjalanan karena jalurnya landai dan rambu menuju puncak tidak sebanyak jalur garung.

Read more...

gunung sinduro

Nama Kawah : Segoro Wedi dan Segoro Banjaran
Type : Strato Letak : Kab. Wonosobo - Jawa Tengah
Tinggi : Segoro Banjaran (3135,5 mdpl)
Posisi Geografi : 7 0 - 18 0 LS dan 109 0 - 591/2 0 BT

Biaya Ekspedisi
Rincian perjalanan dari Wonosobo - Kledung Rp 2.000,- Tiket Pendakian + Asuransi Rp 1.000 Waktu pendakian : 9 jam
Jalur Alternatif Pendakian
Desa Sigedang, Pekebunan Tambi dan Perkebunan teh Bedakah
Pandangan Umum

Tidak jauh berbeda dengan gunung Sumbing baik dari letak geografis ataupun vegetasinya. Gunung Sundoro inipun telah mengalami eksploitasi yang mengkhawatirkan, karena bayangan orang tentang gunung yang hijau dan hutan rimba yang alami telah berubah. Hanya ladang tembakau dan semak-semak saja yang terdapat di sepanjang perjalanan, hanya sebagian kecil perjalanan menuju puncak saja yang masih terlindungi oleh pohon-pohon besar. Selain itu hanya semak dan ladang pertanian. Padahal kalau dilihat sekilas bentuk gunung ini sangat ideal untuk sebuah gunung yang menjadi tujuan pendakian karena bentuknya yang sangat mengerucut. Perjalanan para pendaki dimulai dari kota Wonosobo atau Parakan selanjutnya menuju ke beberapa titik pendakian yang terdapat di beberapa tempat diantaranya adalah :
1. Jalur Kledung (Punggung Selatan)
2. Jalur Sigedang (Perkebunan Tambi) (Punggung Utara)
3. Bedakah (Punggung Barat)
Dari ketiga jalur pendakian tersebut jalur dari Desa Kledung merupakan jalur yang umum dilalui oleh para pendaki karena jalur kledung ini telah memiliki sarana pendakian yang paling lengkap diantaranya adalah pos pengawasan dan informasi dan juga jalur perjalanannya sudah sangat jelas baik itu rambu ataupun jejak sepatu para pendaki. Pendakian melalui jalur Kledung ini sangat aman baik dari segi jalur ataupun medannya, hanya saja eksploitasi hutan gunung yang telah melampaui batas menyebabkan perjalanan dengan menggunakan jalur Kledung ini sangat menguras tenaga dan keringat karena panasnya ladang pertanian dan tidak adanya pohon untuk berteduh. Oleh karena itu banyak para pendaki telah mulai merubah jadwal pendakian dengan menggunakan jalur ini. Maksudnya pendaki lebih memilih mendaki pada malam hari daripada siang hari tujuannya adalah untuk menghemat air dan perbekalan meskipun dengan resiko dinginnya cuaca gunung Sundoro pada malam hari yang terkenal cukup ganas selain Gunung Lawu di Tawang Mangu � Solo. Perjalanan menuju puncak Sundoro ini memang akan lebih menarik jika dilakukan pada malam hari karena selain pemandangan kota Wonosobo dan Parakan pendaki tidak akan merasakan lelahnya perjalanan hanya dinginnya saja yang menusuk tulang. Dinginnya cuaca gunung ini sangat terasa bahkan bagi penulis pun tidak mudah untuk melawan hawa dingin yang menusuk tulang, dan hanya peralatan yang penting seperti kaus tangan, kaki dan tutup kepala yang sangat membantu menghilangkan hawa dingin Sundoro. Penulis mencatat sewaktu ekspedisi ke Sundoro ini dalam suhu 6 derajat celcius, dan pada suhu ini dapat membuat ingatan pendaki sedikit terganggu, sehingga para pendaki disarankan berisitirahat atau membuat minuman hangat untuk menjaga suhu tubuh ketika berhadapan dengan suhu yang dimaksud. Perjalanan awal dari Pos I menuju pos II hanya merupakan ladang pertanian dan setelah Pos II barulah pendaki mulai melewati semak-semak kecil meskipun masih ada ladang pertanian yang sesekali ditemui. Setelah mencapai Pos II barulah perjalanan sebenarnya dimulai karena dari Pos II menuju Pos III akan memakan waktu yang lama dan dengan sudut pendakian yang tinggi menyebabkan daya tahan pendaki akan banyak berkurang dan tidak sedikit pendaki yang terpaksa (nge-camp) atau berisitrahat dan mendirikan tenda di daerah ini untuk menjaga kondisi. Setelah Pos III dilalui pendaki akan mulai merasakan bekas-bekas hutan raya Sundoro yang dahulu sangat rimbun dan alami. Tapi pada perjalanan malam di daerah Pos III menuju puncak merupakan titik yang rawan karena selain tidak ditemukan mata air angin yang bertiup sangat kencang dan dinginnya cuaca bisa mencapai 3 derajat. Oleh karena itu perlengkapan cuaca yang digunakan pada pendakian malam harus sangat diperhatikan untuk mencegah turunnya suhu tubuh (hipotermia). Perjalanan DI hutan sundoro akan berakhir dan berganti dengan perjalanan di Taman Edelweiss yang merupakan jalur terindah dalam perjalanan menuju Puncak Sundoro. Setelah melewati jalur taman ini maka pendaki akan mencapai Puncak Sundoro tepat di depan Segoro Banjaran. Dan di bawah kawah akan ditemui mata air endapan dari hujan dan banyak dari pendaki menggunakannya untuk minum. Di puncak sundoro juga ada dua tempat yang satu bernama segoro banjaran dan yang satunya bernama segoro wedi entah dari asalnya tapi yang jelas memang di puncak sundoro merupakan puncak yang unik karena terdapat hamparan pasir (wedi) yang cukup luas bahkan sangat baik untuk acara-acara permainan seperti bermain bola dan sebagainya. Dari puncak Kledung ini pendaki dapat berjalan mengitari puncak dan menuju lapangan upacara (alun-alun) yang terdapat di puncak utara gunung ini. Alun-alun inilah yang menjadi kahir pendakian dari jalur Sigedang (perkebunan tambi). Bila pendaki ingin turun dengan menggunakan jalur sigedang ini maka pendaki dapat memulainya tepat di mulut punggung utara atau sekitar lapangan upacara. Pemandangan puncak Sundoro menurut penulis merupakan pemandangan puncak terbaik dari gunung-gunung lain yang terdapat di Pulau Jawa karena selain lokasinya yang sangat strategis untuk memandang ke sekeliling juga karena seluruh puncak yang terdapat di Jawa Tengah :
o Slamet (3428 M)
o Sumbing (3371 M)
o Lawu (3265 M)
o Merbabu (3142 M)
o dan Merapi (2981 M)
dapat terlihat jelas dari puncak Sundoro ini pada pagi hari sebelum jam 11 karena setelah jam tersebut biasanya kabut akan menutupi pandangan pendaki sehingga harus menunggu kabut hilang. Waktu perjalanan dari Kledung adalah sekitar 7 sampai 10 jam perjalanan tergantung cuaca can fisik pendaki sedangkan dengan menggunakan jalur Sigedang akan lebih cepat yaitu sekitar 6 sampai 8 jam perjalanan, hanya saja medan pendakian sangat berat karena disamping jalan bebatuan jalur sigedang ini sangat curam dan berbahaya bila waktu hujan atau kabut. Dan bila pendaki menggunakan jalur Bedakah maka akan lebih menantang karena jalurnya masih sangat baru dan yang menggunakan jalur ini disarankan adalah para pendaki yang memiliki kemampuan navigasi yang baik karena jalurnya yang relatif baru dan sangat rawan tersesat dan juga rambu petunjuk di jalur ini tidak ada sama sekali dan hanya jalur-jalur bekas penebangan kayu saja.

Read more...

gunung semeru




Nama Kawah : Jongring Seloko
Type : Strato aktif dengan kubah lava
Letak : Kab. Lumajang - Jawa Timur
Tinggi : Jongring Seloko (3676 mdpl)
Posisi Geografi : 8 0 - 06 0 LS dan 112 0 - 55 0 BT
Biaya Ekspedisi
Rincian perjalanan dari Surabaya - Ranu Pani Tiket Pendakian + Asuransi Rp. - Waktu pendakian : 2 hari
Jalur Alternatif Pendakian
Lewat Gunung Bromo, Gunung Ayeg-ayeg- Gunung Ider-ider dan jalur barat daya lewat Widodaren


Pandangan Umum

Dilihat dari selatan atau sekitar kota Lumajang, bentuk kerucut gunung api ini sangat sempurna. Namun puncaknya rumit. Hal ini disebabkan perpindahan dari kawahnya dari barat ke tenggara. Puncak Mahameru yang merupakan titik tertinggi di Pulau Jawa (3676 m) terletak menjulang di atas kawah tertua (Jonggring Seloko). Orang yang pertama mendaki gunung ini adalah Clignett yang dilakukannya pada tahun 1838 dengan menggunakan jalur Widodaren atau punggung sebelah baratdaya. Kemudian setelah itu barulah Junghuhn mendaki gunung semeru ini dari jalur Gunung ayeg-ayeg .. Gunung ider-ider dan Gunung Kepala yang dilakukannya pada tahun 1845. Sedangakn lereng utara gunung ini baru didaki pada tahun 1911 oleh van Gogh dan Heim. Setelah tahun 1945 pendakian menuju puncak mahameru (3676 m) banyak dilakukan dari lereng utara melalui Ranu Pani dan Ranu Kumbolo. Di Ranu Kumbolo pendaki dapat mengambil air minum. Ketika pertama-tama pendakian menuju puncak mahameru, pendaki memerlukan waktu tempuh antara 7 /10 hari perjalanan. Lamanya waktu pendakian dikarenakan jalurnya yang belum jelas dan masih harus merintis di beberapa bagian. Tetapi setelah tahun 1970-an waktu pendakian menjadi singkat yaitu hanya sekitar 3 hari perjalanan. Salah satu penyebab pendakian menjadi singkat disamping telah jelasnya jalur pendakian, mata air yang dahulu hanya terletak di Ranu Kumbolo kini telah ditemukan lagi di Kalimati sehingga pendaki tidak perlu lagi berkemah di sekitar Ranu Kumbolo. Pendakian menuju Gunung Semeru ( 3.676 mdpl) paling mudah dicapai adalah dari arah Malang dengan naik angkutan lokal menuju Tumpang, setelah sampai di tumpang, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju desa Ranupani via Gubug Klakah dan Ngadas dengan menggunakan jasa Jeep ataupun kendaraan yang tersedia. Dari Desa Ranupani yang merupakan desa terakhir dan juga pos pemeriksaan bagi para pendaki untuk naik. di tempat ini juga terdapat pondokan untuk bermalam dan beristirahat. suasanan desa RanuPani ini sangat eksotis disamping mata pencaharian yang bertani jumlahnyapun tidak banyak mungkin sekitar 100 orangan. Perjalanan ke Puncak G. Semeru dimulai dan desa Ranupani - Ranu Kumbolo dengan melalui jalan setapak kurang lebih 4 jam perjalanan. Setelah sampai di Ranu Kumbolo ada tempat istirahat (Shelter) Pendaki untuk istirahat . di tempat ini juga juga kaya akan air. Pendakian setelah Ranu Kumbolo yaitu menuju Kalimati pada pilar kurang lebih 2710 mdpl dengan melalui hutan pinus yang sangat baik untuk berteduh dari terik matahari dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan. pendakian setelah kalimati adalah pendakian yang sebenarnya dengan langsung menyusur batas hutan dan mendaki jalan batu yang terjal hingga dicapai puncak mahameru yang menjulang diatas kawah tertua yaitu jonggring seloko Pada tahun 1972 Hadian seorang vulkanolog pernah menginap di puncak mahameru (tanpa membuat api) untuk melakukan pembuatan film dan dokumentasi.

Read more...

gunung lamongan


Nama Kawah : -
Type : Strato
Letak : Kec.Klakah Kab Lumajang
Tinggi : 1668 mdpl
Posisi Geografi : -

Biaya Ekspedisi
Rincian perjalanan Ongkos PP. Lumajang - Klakah Rp 12.000.
Tiket Pendakian + Asuransi -
Waktu pendakian : 6 jam
Jalur Alternatif Pendakian


Pandangan Umum

Gunung ini terletak di kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Meski gunung ini tidak terlalu tinggi untuk ukuran pendaki, tetapi kawah yang terdapat di puncak gunung ini cukup indah untuk dinikmati. Gunung ini adalah gunungapi kecil diantara dua pegunungan raksasa yaitu Tengger dan Argopuro.
Untuk mencapai puncak gunung ini pendaki dapat melakukannya dengan memulainya dari Ranu Klakah � Desa Papringan � Puncak.
Selanjtunya perjalanan dari desa papringan menuju lereng timur G.kene. lalu terus menuju ke puncak mengikuti jalur yang cukup jelas yaitu jalur yang digunakan orang untuk mencari belerang.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak gunung ini adalah sekitar 14 jam pulang pergi.

Read more...

pengunjung

Text

HANDPHONE

  ©Template by sightz.jloBlogger.